Peran Cukai dalam Pengendalian Konsumsi Rokok dan Alkohol di Kamboja

Konsumsi rokok dan alkohol di Kamboja masih menjadi tantangan besar dalam konteks kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi dampak negatif dari dua produk ini, pemerintah Kamboja mulai memperkuat peran cukai sebagai alat pengendali konsumsi. Kebijakan fiskal ini tidak hanya bertujuan meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga mendorong perubahan perilaku konsumtif masyarakat terhadap produk yang berdampak buruk bagi kesehatan.
Tingginya Konsumsi dan Dampak Kesehatan
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 15.000 kematian setiap tahun di Kamboja disebabkan oleh penyakit yang terkait dengan tembakau. Biaya ekonomi akibat dampak kesehatan dari rokok mencapai sekitar $649 juta, atau sekitar 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Kamboja.
Sementara itu, konsumsi alkohol di kalangan masyarakat juga cukup tinggi. Penjualan bir dan minuman keras terus meningkat, terutama di kawasan urban dan pariwisata. Konsumsi yang tidak terkontrol berdampak pada peningkatan kecelakaan lalu lintas, kekerasan dalam rumah tangga, hingga penyakit hati dan gangguan mental.
Tarif Cukai yang Masih Rendah
Meskipun dampak konsumsi rokok dan alkohol sudah diakui secara luas, tarif cukai di Kamboja masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Saat ini, tarif cukai rokok domestik hanya sekitar 25%, sedangkan untuk rokok impor sekitar 31%. Bandingkan dengan Thailand dan Singapura yang menetapkan tarif cukai tembakau di atas 60%.
Untuk alkohol, cukai dikenakan sekitar 30% untuk bir dan 39% untuk anggur. Namun, harga jual alkohol tetap terjangkau, membuat konsumsi tetap tinggi.
Dorongan Reformasi dari Lembaga Kesehatan
Banyak lembaga kesehatan di Kamboja, seperti Cambodia Movement for Health (CMH), serta WHO, telah mendorong pemerintah untuk menaikkan tarif cukai hingga setara 70–75% dari harga eceran. Kebijakan ini diyakini akan:
-
Menurunkan jumlah perokok dan pecandu alkohol, terutama di kalangan muda.
-
Meningkatkan pendapatan rajazeus negara untuk mendanai layanan kesehatan.
-
Mengurangi biaya jangka panjang akibat penyakit kronis yang disebabkan oleh produk tersebut.
WHO memperkirakan bahwa peningkatan cukai rokok saja dapat menghasilkan tambahan pendapatan lebih dari $230 juta dalam 5 tahun dan mencegah ribuan kematian prematur.
Tantangan Implementasi
Namun, kebijakan ini tidak lepas dari tantangan. Asosiasi produsen dan distributor alkohol di Kamboja menyuarakan kekhawatiran bahwa kenaikan cukai dapat:
-
Mendorong perdagangan ilegal dan produk palsu.
-
Mengganggu industri lokal dan sektor pariwisata.
-
Meningkatkan pengangguran jika produksi menurun.
Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan perlu menyeluruh, meliputi pengawasan perdagangan, edukasi masyarakat, serta insentif bagi industri untuk beralih ke produk yang lebih sehat.
BACA JUGA: Sistem Cukai dan Pajak di Belgia: Struktur, Kebijakan, dan Dampaknya terhadap Ekonomi