Setiap negara di dunia memiliki cara berbeda dalam mengelola sumber pendapatan nasional. Salah satu sumber utama pendapatan hampir semua negara adalah pajak, yaitu kontribusi wajib warga negara yang digunakan untuk membiayai pembangunan, pendidikan, kesehatan, dan layanan publik. Namun, tahukah kamu bahwa tidak semua negara memiliki pendapatan pajak yang besar? Bahkan, ada beberapa negara di dunia yang pendapatan pajaknya sangat rendah, baik karena sistem ekonomi mereka, kebijakan pemerintah, maupun ukuran negaranya yang kecil.
Artikel ini akan membahas negara-negara dengan pendapatan pajak terendah di dunia, alasan di baliknya, serta dampaknya terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakat.
1. Mengapa Pendapatan Pajak Bisa Rendah?
Pendapatan pajak suatu negara bergantung pada banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah:
- Kebijakan pajak nasional β Ada negara yang sengaja menerapkan tarif pajak rendah untuk menarik investor asing.
- Ukuran ekonomi (PDB) β Negara kecil atau miskin umumnya memiliki basis pajak sempit.
- Kepatuhan pajak β Tingkat kesadaran warga membayar pajak juga memengaruhi besar kecilnya pendapatan pajak.
- Struktur ekonomi β Negara yang bergantung pada sumber daya alam atau pariwisata kadang tidak bergantung pada pajak individu.
Sebagai contoh, negara-negara di Timur Tengah banyak mengandalkan pendapatan minyak, sementara negara kecil di Karibia hidup dari sektor pariwisata dan keuangan offshore, sehingga pajak bukan sumber utama pendapatan negara.
2. Negara-Negara dengan Pendapatan Pajak Terendah di Dunia
πΆπ¦ Qatar
Qatar dikenal sebagai salah slot gacor hari ini satu negara terkaya di dunia, tetapi memiliki pendapatan pajak sangat rendah. Mengapa? Karena pendapatan utama negara ini berasal dari ekspor gas alam cair (LNG) dan minyak bumi. Pemerintah Qatar hampir tidak mengenakan pajak penghasilan individu, bahkan bisnis asing mendapat insentif besar untuk berinvestasi. Rakyat menikmati layanan pendidikan dan kesehatan gratis dari hasil pendapatan energi. Namun, ketergantungan pada sektor migas menjadi risiko jika harga minyak dunia turun.
πΈπ¦ Arab Saudi
Arab Saudi juga termasuk negara dengan sistem pajak minimalis. Warga negaranya tidak dikenakan pajak penghasilan pribadi, dan pajak korporasi pun rendah. Sebagai gantinya, negara memperoleh pemasukan besar dari industri minyak dan gas, serta dari perusahaan milik negara seperti Aramco. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, Arab Saudi mulai memperkenalkan VAT (Value Added Tax) sebesar 15% untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.
π§πΈ Bahamas
Bahamas, negara kepulauan di Karibia, juga dikenal sebagai βsurga pajakβ (tax haven). Negara ini tidak mengenakan pajak penghasilan, pajak perusahaan, atau pajak keuntungan modal. Pendapatan negara diperoleh dari sektor pariwisata dan jasa keuangan internasional.
Banyak perusahaan global membuka cabang di Bahamas untuk menghindari pajak tinggi di negara asalnya. Namun, kebijakan ini juga sering mendapat kritik karena bisa dimanfaatkan untuk praktik penghindaran pajak skala besar.
π§π² Bermuda
Bermuda adalah salah satu negara dengan pendapatan pajak terendah di dunia, terutama karena tidak ada pajak penghasilan pribadi maupun pajak keuntungan. Pemerintah hanya mengandalkan pajak tidak langsung, seperti bea impor, retribusi perusahaan, dan biaya perizinan.
Negara ini menjadi pusat perusahaan asuransi dan investasi global karena statusnya yang ramah pajak. Meskipun makmur, pendapatan pemerintah sangat tergantung pada aktivitas ekonomi internasional, bukan kontribusi pajak rakyat.
π¦πͺ Uni Emirat Arab (UEA)
UEA adalah contoh sukses negara dengan pendapatan pajak minim tapi ekonomi kuat. Dubai dan Abu Dhabi tumbuh menjadi pusat bisnis dan pariwisata dunia meskipun tidak memungut pajak penghasilan pribadi. Pendapatan negara berasal dari minyak, properti, pariwisata, dan biaya izin usaha. Namun, untuk menyesuaikan ekonomi modern, UEA memperkenalkan pajak perusahaan sebesar 9% pada 2023, tetap jauh lebih rendah dibanding negara maju lainnya.
3. Dampak Ekonomi Negara dengan Pajak Rendah
Meskipun negara-negara di atas tampak sukses tanpa pendapatan pajak besar, sistem ini memiliki keuntungan dan risiko tersendiri.
Keuntungan:
- Menarik investasi asing karena beban pajak rendah.
- Mendorong pertumbuhan bisnis dan lapangan kerja.
- Meningkatkan daya beli masyarakat karena penghasilan tidak dipotong pajak.
Risiko:
- Ketergantungan tinggi pada sektor tertentu (minyak, pariwisata, atau keuangan).
- Pendapatan negara tidak stabil jika terjadi krisis ekonomi global.
- Pemerintah sulit membiayai layanan publik jika sumber lain menurun.
- Rentan terhadap kritik internasional karena dianggap mendukung praktik βtax havenβ.
4. Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia masih termasuk negara berkembang dengan pendapatan pajak moderat. Pajak menjadi sumber utama penerimaan negara, dengan kontribusi lebih dari 70% terhadap APBN. Namun, rasio pajak Indonesia terhadap PDB masih tergolong rendah dibanding negara maju β sekitar 10β11%, sementara negara OECD mencapai rata-rata 30β35%. Upaya pemerintah seperti digitalisasi pajak, transparansi data, dan reformasi pajak terus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional tanpa membebani rakyat kecil.
Kesimpulan
Baca Juga: Bea Cukai: Garda Depan Penghasil Pajak untuk Kemajuan Ekonomi Nasional
Negara dengan pendapatan pajak rendah bukan berarti miskin β sebagian justru sangat makmur karena memiliki sumber daya alam melimpah atau sektor ekonomi alternatif seperti minyak dan pariwisata. Namun, sistem tanpa pajak juga memiliki risiko besar terhadap stabilitas jangka panjang.
Pajak sejatinya adalah tulang punggung kemandirian ekonomi. Bagi negara seperti Indonesia, memperkuat sistem perpajakan yang adil dan efisien menjadi kunci agar pembangunan tidak tergantung pada sumber daya alam semata. Jadi, meskipun beberapa negara bisa bertahan tanpa pajak besar, bagi sebagian besar negara lain β pajak adalah napas kehidupan bernegara.